Bagaimana Perang Akan Berakhir?

Kyai Rojo Molo, Keraton Surakarta Hadiningrat.  PAWELING.COM - "Mahapatih, bagaimana engkau selesaikan perang ini, sedangkan Tuhan men...

Kyai Rojo Molo, Keraton Surakarta Hadiningrat. 

PAWELING.COM - "Mahapatih, bagaimana engkau selesaikan perang ini, sedangkan Tuhan menakdirkan engkau untuk terus memimpin perang hingga dunia berakhir."

Aku tulis kalimat itu, dengan tinta berwarna merah agar Mahapatih memperhatikannya.


Bagaimana mungkin dia akan mengakhiri perang ini, sedangkan perang ini tidak mungkin diakhiri, bahkan hingga kiamat sudah tiba.


Padahal sebelum berangkat perang aku sudah ingatkan pada Mahapatih, Ini bukanlah perang biasa, ini adalah perang yang tak berkesudahan.


Aku katakan padanya, “Mahapatih engkau akan berada di jalan, dimana engkau akan melihat perang, setiap hari, minggu, bulan, tahun dan tak akan berkesudahan.”


Perang ini bukanlah perang mencari kemenangan, Tetapi bagaimana satu pihak memahami pihak yang lainnya. 


Tetapi itulah yang paling sulit, aku tak bisa melihat Mahapatih bisa memahami Jendral perang lawannya. Begitu pula sebaliknya, aku tak bisa melihat Si Jendral memahami pola pikir Mahapatih. 


Dari perang inilah, banyak diambil pelajaran, dari perilaku Mahapatih, Prajuritnya juga para relawan di kamar perawatan. 


Lantas, aku tak melihat perang ini akan berakhir, satu kejadian berakhir muncul kejadian yang lainnya. Kematian datang, lalu muncul satu kehidupan yang lain. 


Kini hampir 1 tahun Mahapatih melakukan perang bersama Prajuritnya. Belum ada tanda-tanda akan kalah, tetapi belum juga Mahapatih mendapatkan tanda-tanda kemenangan. 


Hingga, Mahapatih mengirimkan surat padaku. Dia minta petunjuk, meminta saran bagaimana mengakhiri perang. 


Tapi kujawab, tak akan ada cara menghentikan perang. "pedang sudah engkau ayunkan, kini tak ada yang bisa menghentikan pedang itu, meski seandainya engkau menyerah," 


Sudah tak ada kata menyerah, pedang terlanjur berlumur darah. Mahapatih dan si Jendral beradu strategi, dan dari sanalah terdapat cerita kehidupan.


Awalnya, Mahapatih mendapatkan perintah perang, dia kemudian menjalankan titah tersebut, tetapi kemudian setelah 1 tahun dia tidak bisa mendapatkan kemenangan dan juga tidak bisa kalah.


Perang itu terjadi di padang rumput di tengah hutan, Kerajaan Besar ingin memperluas wilayahnya. Maharaja kemudian mengumumkan perang melawan Kerajaan Utara.


Tetapi inilah kesalahan dari Maharaja yang tidak bisa dipahami oleh Mahapatih. Perang yang akan terjadi bukanlah perang biasa, perang ini tak mungkin akan berakhir.


Semesta merestui perang tersebut tak pernah berakhir. Hewan pemakan daging tak akan memakan sesamanya, mereka kini memiliki makanan yang lebih nikmat, manusia korban perang.


Setiap orang yang ikut berperang juga menikmati perang yang mereka lakukan. Mereka berburu kenikmatan karena mati di medan perang.


Setiap prajurit tak akan berharap berhenti perang, ketika mereka berangkat kehidupan keluarganya ditanggung oleh Kerajaan. Perang yang panjang berarti kesejahteraan bagi keluarga prajurit, dan jikalau mereka mati, keluarga juga mendapatkan untung dengan diberikannya harta.


Jadilah perang ini tak akan mungkin pernah berhenti. Terus berjalan hingga dunia berakhir.


Para guru-guru mengatakan perang selalu membawa malapetaka bagi masyarakat. Tetapi jika melihat pikiran prajurit tadi, tentu pendapat para guru adalah hal yang salah.


Terlebih, jika perang ini berakhir dengan kemenangan kerajaan besar. Para guru juga akan mendapatkan banyak murid, ini berarti mereka mendapatkan kekayaan lebih.


Tetapi, perang ini sudah tak akan mungkin berakhir. Pedang berlumur darah, bendera putih sudah tak mungkin dikabarkan.


Mahapatih selalu bercerita, kenapa Si Jendral selalu bisa membaca serangannya. Tetapi dia juga bercerita jika dia bisa membaca serangan dari Si Jendral.


Terlihat keduanya seimbang, tetapi inilah masalahnya. Perang ini tak akan berakhir karena semesta menghendaki demikian, termasuk kemampuan kedua pemimpin pasukan itu.


Satu kali aku dijemput oleh prajurit kerajaan, mereka membawaku ke medan perang, kemudian ditempatkan di tenda Mahapatih.


Pada malam hari, aku memiliki kesempatan untuk melihat kondisi kedua pasukan dari atas bukit.


Jendral dan Mahapatih memiliki satu kemiripan. Mereka selalu berkeliling dari tenda ke tenda pada malam hari. Memastikan para prajurit dalam keadaan sehat, dan tidak kelaparan.


Setelah itu mereka tidur, paginya mereka bangun paling awal. Langsung menuju ke tenda perawatan, memastikan tak ada yang meninggal.


Kemudian mereka pergi ke tempat makan, dan memastikan hari ini para prajurit mendapatkan makan sebelum berperang.


Sebelum berperang, mereka mengumpulkan para komandannya, berdiskusi strategi apa yang akan mereka gunakan.


Melihat aktifitas mereka, aku berkata pada Mahapatih jika perang ini tidak akan berhenti, karena sudah ditakdirkan oleh semesta.


Ada banyak hal yang menjadikan perang ini tidak akan berhenti. Satu hal yang menjadi kuncinya adalah kekuatan dari masing-masing Mahapatih. 


Dahulu wilayah Kerajaan Besar dan Kerajaan Utara adalah satu wilayah. Saat itu Kaisar Agung memimpin empat wilayah, dua sisanya adalah Kerajaan Selatan dan Kerajaan Atas Angin. 


Selama lebih dari 500 tahun semua Maharaja selalu hidup berdampingan, berbagi ilmu pengetahuan. 


Demikian dengan Mahapatih, mereka semua selalu mengadakan kunjungan. Berbagi ilmu perang agar bangsa lain tidak menyerang kerajaan. 


Semua berubah ketika Maharaja memberikan Titah pada Mahapatih Kerajaan Besar untuk menyerang Kerajaan Utara. 


Ada satu hal yang dilupakan oleh Maharaja dan Mahapatih. Dahulu Guru Agung berpesan untuk tidak saling berperang di wilayah Kekaisaran Agung. 


Jika ada yang memulai berperang itu akan terus terjadi, jadilah peperangan itu tak berkesudahan. 


Guru Agung inilah sosok sentral dari pendidikan Kekaisaran Agung. Sebelum meninggalnya Kaisar, Guru Agung memilih empat muridnya untuk pergi ke empat Wilayah tadi. 


Empat murid inilah yang kemudian mengajarkan semua hal pada calon Maharaja dan Mahapatih, dan juga para kawula. Untuk para Kawula ini, biasanya didik oleh calon Maharaja dan Mahapatih. 


Karena semua pengajaran bersumber dari satu orang, maka jadilah semua siasat perang adalah sama, memang penerapan berbeda, tapi intinya sama saja. 

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item